Hubungan Antara Sukses dan Keberuntungan 🍀
Keberuntungan bisa diciptakan? Masak sih? Kesuksesan dan hoki juga ada hubungannya ternyata.
Apa sih yang membantu seseorang jadi sukses? Bakat yang dimiliki? Kerja keras yang dilakukan? Pola pikirnya?
Sebagian besar dari kita pasti setuju kalau bakat, kerja keras dan pola pikir adalah faktor dari suatu kesuksesan. Tapi, tetap saja hal ini tidak bisa menjelaskan semua yang terjadi saat seseorang mencapai kesuksesannya.
Beberapa studi dan buku terbaru menunjukan kalau keberuntungan / hoki sebenarnya punya kontribusi yang cukup besar pada kesuksesan seseorang.
- Tahu tidak kalau kamu punya kesempatan yang lebih kecil jadi seorang CEO kalau lahir di bulan Juni dan Juli?
- Tahu tidak kalau orang dengan nama yang mudah dieja, dinilai lebih positif dibandingkan mereka yang namanya sulit dieja?
- Tahu tidak kalau wanita dengan nama yang terdengar maskulin akan lebih sukses di bidang hukum?
Tapi, apakah orang-orang sukses saat ini seperti Jeff Bezos, Elon Musk dan Mark Zuckerberg adalah orang-orang paling beruntung di dunia? Sebenarnya tidak juga.
Faktor Hoki dalam Hidup
Sebuah penelitian di Italia melakukan pemodelan matematika tentang hubungan antara bakat, keberuntungan dan kesuksesan.
Pemodelan ini dilakukan dengan kurun waktu 40 tahun (usia 20 - 60 tahun) dan hasilnya sebenarnya cukup mengejutkan.
- Munculnya Prinsip Pareto (80/20 Rule). Dimana 20% dari individu dalam model matematika ini akhirnya 'menguasai' lebih dari 44% keberuntungan. Sementara 80% sisanya harus berbagi 56% keberuntungan yang tersisa.
Kesimpulannya?
Bakat tidak menjamin Kesuksesan. Tapi, mereka yang berbakat punya peluang lebih tinggi untuk sukses jika bisa mengeksploitasi keberuntungan yang dimiliki.
Tapi, perlu diingat bahwa individu yang berakhir sukses setidaknya memiliki bakat sedikit diatas rata-rata. Jadi, bakat tetap penting.
Di sisi lain, individu paling berbakat sangat jarang menjadi yang paling sukses. Umumnya, individu dengan bakat rata-rata tapi beruntung jauh lebih sukses dibandingkan mereka yang sangat berbakat tapi sial.
Selengkapnya silakan baca artikel dari Scott Barry Kaufman di Scientific American berjudul The Role of Luck in Life Success Is Far Greater Than We Realized.
Kenapa Orang Sering Melupakan Faktor Keberuntungan?
Saat Forbes menulis soal Kylie Jenner sebagai Youngest 'Self-Made' Billionaire, banyak orang yang protes. Kenapa?
Karena kesuksesan Kylie Cosmetics tidak bisa lepas dari banyak faktor termasuk keberuntungan Kylie yang terlahir di keluarga Kardashian-Jenner.
Tahu tidak kalau umumnya orang kaya dan sukses jarang mau mengakui faktor keberuntungan atau "ada di tempat yang tepat di waktu yang tepat" sebagai salah satu faktor dari kesuksesan mereka?
Banyak dari kita sering melebih-lebihkan faktor diri sendiri dalam kesuksesan. Kita sering melupakan faktor keberuntungan dan membuat kita lebih enggan untuk berbagi keuntungan yang didapat.
Seperti saat sedang naik sepeda atau lari, jika kita melawan arah angin maka akan terasa sulit kan? Tapi, kalau tiba-tiba arah angin berubah, seringnya kita langsung lupa bahwa angin juga membantu kita dari belakang.
Begitulah otak manusia bekerja dan seperti itulah dunia bekerja. Kita lebih sadar dengan hal-hal yang menghalangi kita dibandingkan dengan hal yang membantu kita.
Jenis Keberuntungan
Ada dua jenis keberuntungan di alam semesta. Pertama adalah Pure Luck, keberuntungan yang benar-benar tidak bisa diatur. Misalnya:
Terlahir dari garis keluarga berada. (Punya nama belakang Kardashian atau Jenner misalnya).
Kedua, adalah Planned Luck, keberuntungan yang bisa 'direncanakan' dan 'diatur'. Misalnya:
Punya usaha bersama dengan CEO perusahaan besar.
Bagaimana punya usaha bersama bareng CEO perusahaan besar? Dimulai dengan punya banyak teman CEO.
Bagaimana bisa punya banyak teman CEO? Bisa dimulai dengan bersekolah di sekolah yang lulusannya banyak menjadi CEO atau Direktur.
Bagaimana bisa diterima disana? Dengan belajar yang rajin.
Cara 'Menciptakan' Keberuntungan
Saya punya beberapa 'tips' yang bisa dicoba untuk 'menciptakan' keberuntunganmu sendiri.
Habiskan Jatah Gagalmu!
Kalau jatah gagalmu sudah habis, maka yang tersisa hanya keberuntungan.
Tapi, serius deh... Seseorang yang 'sering gagal', selama dia tidak terpuruk dalam kegagalannya akan jadi lebih 'beruntung'. Kenapa?
Karena dia punya lebih banyak pengalaman. Dia akan mengambil pilihan yang lebih baik agar bisa menghindari kegagalan berikutnya dan setapak lebih dekat dengan kesuksesannya.
Berkenalan dengan Banyak Orang
Bahasa kerennya adalah "Networking". Semakin banyak orang yang kita kenal, maka semakin tinggi juga peluang untuk jadi sukses.
Salah satu dari kenalan kita mungkin akan menawarkan pekerjaan, mengajak bekerjasama atau memberi ilmu yang sangat berguna.
Berbagi
Masih berhubungan dengan poin sebelumnya. Walaupun awalnya kamu cuma terpaksa melakukan ini, tapi semakin sering dilakukan maka kamu akan berubah jadi lebih baik.
Kamu akan berubah dari orang yang menganggap "Kalau aku ngasi dia, nanti aku dapet apa?" menjadi orang yang berpikir "Bagaimana aku bisa bantu dia?"
Jadi Pendengar yang Baik
Masih nyambung dengan networking dan berbagi sebelumnya, jadilah pendengar yang baik.
Menjadi pendengar yang baik, akan memberimu dua keuntungan sekaligus:
- Kamu akan jadi teman yang lebih baik.
- Kamu akan mendengarkan hal-hal yang mungkin akan membantumu mencapai kesuksesan.
Misal nih, teman kamu sedang cerita tentang liburannya di akhir minggu kemarin. Dia juga bercerita tentang sebuah ruko kosong di lokasi strategis yang dia lihat di perjalanan.
Informasi ini mungkin berguna bagimu dan mungkin tidak akan pernah kamu dapatkan kalau tidak berteman dengan dia dan menjadi pendengar yang baik.
Lebih Sering Bilang "Iya" pada Kesempatan
Kembali ke poin sebelumnya, saat kita punya banyak kenalan dan mendengarkan dengan baik, maka kesempatan juga akan muncul lebih sering.
Sekarang tinggal pilih, mau bilang "Iya" atau menolak kesempatan yang muncul.
Kesempatan ini tidak selalu berakhir dengan kesuksesan. Tapi, dengan semakin sering menerima dan mengiyakan kesempatan, maka semakin tinggi juga peluang salah satu dari kesempatan itu akan berhasil.
Kembali ke poin pertama tadi, suatu kesempatan memang bisa berakhir dengan kegagalan. Tapi kalau pun tidak berhasil, bukankah artinya kamu sedang menghabiskan jatah gagalmu?