Pernah gak waktu masih kecil, ketika tidak mau menghabiskan makanan, maka orangtua akan mengatakan
“Nanti nasinya nangis loh” atau “Nanti ayamnya mati loh.”?
Saat sudah makin dewasa, mungkin akan sadar bahwa kata-kata ini hanyalah mitos atau sekedar untuk menakut-nakuti anak kecil agar menghabiskan makanannya. Tapi… Tidak semua orang mengambil pelajaran dari masa kecilnya itu.
Pelajaran yang seharusnya diambil adalah bahwa: Makanlah seperlunya dan habiskan makanan yang sudah diambil.
Sayangnya, beberapa orang Indonesia justru belajar sebaliknya dan menganggap kalau makan sampai piring benar-benar bersih itu sebagai sesuatu yang ‘kampungan’.
‘Fenomena’ ini terjadi dalam berbagai kondisi dan kesempatan, mulai dari makan di restoran bersama teman-teman hingga saat kondangan. Apalagi tempat makan yang konsepnya adalah ambil makanan sendiri.
Padahal, jika kita mau merenung sebentar aja… Mereka yang makanannya tidak habis karena mengambil porsi terlalu banyaklah yang lebih cocok disebut ‘kampungan’. Karena mereka hanya lapar mata saja saat mengambil makanan tapi kemudian tidak bisa dihabiskan.
“Tapi kan aku udah bayar, jadi bebas aja dong kalau gak dihabiskan!”
Balik lagi, ini bukan soal hitung-hitungan bisnis aja, tapi juga soal kemubaziran dan sifat serakah. Kamu belum tentu tau berapa orang yang akan merasa sangat bersyukur jika mereka mendapatkan makanan sebanyak yang kamu buang/sisakan begitu saja.
“Tapi rasa makanannya gak enak dan gak cocok sama lidah aku!”
Bungkus! Berikan pada yang membutuhkan atau jika memang rasanya kurang enak, bisa kok dikasi ke hewan-hewan jalanan.
Tapi tadi pas lagi makan, tiba-tiba kebelet.
Bungkus! Makan lagi di rumah setelah selesai kebeletnya.
Tapi ini pas lagi kondangan
Tadi, siapa yang goblok serakah ambil banyak-banyak padahal belum tentu kuat menghabiskan? Jika masih memungkinkan, bungkus sisa makannya. Jika tidak, makan pelan-pelan atau berbagi dengan teman semeja (jika memungkinkan).
Jika kamu adalah salah satu orang yang tercuci otaknya dengan ajaran:
“Gak usah bersih-bersih amat makannya, kayak orang kelaparan aja!”
Segera hapuskan stigma itu dari pikiranmu! Kita memang merasa lapar, sebab itulah kita makan. Bukannya begitu?
Menghabiskan makanan yang sudah kita ambil/beli adalah bentuk apresiasi tertinggi yang bisa kita berikan pada semua orang yang terlibat dalam mempersiapkan makanan kita, mulai dari:
- Petani/Peternak yang menanam dan merawat segala bahan pangan sebelum diolah.
- Para supir truk yang membawa sayur dari petani menuju pedagang di pasar.
- Juru masak, terlebih lagi jika juru masaknya adalah orangtua/pasangan kita sendiri.
- hingga bentuk rasa syukur kita pada Tuhan Yang Maha Esa atas rejeki yang diberikan dan makanan yang bisa kita nikmati.
Kalian tahu gak kalau Indonesia adalah negara dengan food waste tertinggi kedua di dunia? Setiap orang Indonesia rata-rata membuang 300 kg makanan setiap tahunnya, atau setara dengan 13 juta kilogram makanan terbuang begitu saja setiap tahunnya. Angka ini cukup untuk memberi makan 28 juta orang!
Masalah food waste ini adalah masalah global dengan total kerugian mencapai 1 triliyun Dollar.
Jadi, kamu seharusnya tidak usah malu jika menghabiskan makananmu di depan orang lain. Kamu bukan hanya memberikan apresiasi tertinggi pada banyak orang, tapi kamu juga tidak menjadi bagian dari masalah dunia.