Bulan Juni 2021, saya akan berusia 25 tahun. Kalau estimasi hidup maksimal manusia saat ini adalah sekitar 100 tahun, jadi saat ini saya sudah menempuh seperempat masa hidup (quarter life).

Dalam masa hidupnya, manusia umumnya akan mengalami tiga kali masa krisis yaitu:

  • Pre-Life Crisis (masa-masa remaja / baru puber),
  • Quarter Life Crisis (dewasa muda)  dan,
  • Midlife Crisis (paruh baya).

Quarter Life Crisis (QLS) adalah krisis pertama di usia dewasa yang akan dialami seseorang dalam masa hidupnya, karena nanti bakal ada Midlife Crisis, tunggu aja tanggal mainnya.

Apa Ciri-Ciri QLS?

Rumput tetangga selalu lebih hijau. Kehidupan orang lain selalu terlihat lebih baik dibandingkan hidup kita sendiri; ada teman yang udah punya usaha, ada teman yang udah meroket karirnya, ada yang melanjutkan pendidikan atau bahkan ada yang sudah menikah.

QLS jadi semakin ‘parah’ dan ‘berat’ di masa sekarang. Kenapa? Karena dua hal; sosial media dan masyarakat.

Sosial media menyebabkan kita lebih mudah melihat kehidupan orang lain. Orang-orang pun jadi lebih sering memamerkan kehidupannya. Siapa yang salah? Tidak ada. Begitulah memang dunia bekerja saat ini.

Masyarakat, terutama yang masih konservatif atau lebih kasar lagi, kolot yang sering ‘menasehati’;

“Usia segini kok belum menikah?”,

“Carilah pekerjaan beneran seperti PNS” dan sebagainya bisa membuat sebagian orang jadi makin stress.

Jadi, kalau kamu adalah salah satu orang yang pernah atau bahkan sering berujar dalam hati, “Kok hidupku gini-gini aja ya?“. Yup, kamu lagi dalam masa QLS. Welcome to the club!

Bagaimana ‘meringankan’ Quarter Life Crisis?

‘Obat’ untuk QLC setiap orang itu berbeda-beda. Kenapa?

Kalau kata Rando Kim dalam bukunya “Time of Your Life

Waktu mekar bunga saja berbeda-beda, maka setiap orang pun memiliki waktu mekar yang berbeda.

Kita merasa ‘hidup gini-gini aja’ karena memang belum waktunya kita untuk mekar, tapi percayalah bahwa setiap bunga (orang) akan mekar pada waktunya. Ada yang mekar di musim semi, tapi yang mekar di musim gugur pun tidak kalah indahnya.

Saya punya beberapa saran untuk membantu meringankan gejala QLS, ini adalah metode pribadi yang saya lakukan.

Mau Memaafkan tapi Jangan Melupakan

Maafin siapa?

Pertama-tama sih, maafin diri sendiri.

Maafin kalau dulu enggak berusaha lebih keras dan malah males-malesan.

Maafin kalau dulu enggak percaya diri dan malah ikut kata-kata orang lain yang pada akhirnya enggak berhasil.

Maafin juga diri sendiri atas segala keputusan bodoh yang pernah diambil.

Kedua, maafin orangtua, keluarga dan orang-orang terdekat kalau dulu mereka pernah enggak mendukung mimpi-mimpi dan keinginanmu. Atau, mereka malah pernah menyakitimu dengan kata-kata dan tindakan mereka.

Terakhir, maafin segala keadaan buruk yang pernah terjadi di masa lalu dalam hidupmu yang memberikan dampak signifikan.

Tapi ingat, MAAFKAN, tapi TIDAK MELUPAKAN. Jadikan semuanya sebagai pelajaran; dalam mengambil keputusan dan menjadi lebih dewasa.

Jadi Apa Adanya, Tapi Jangan Seadanya

Coba berhenti untuk menjadi korban keadaan, kembali ke poin pertama tadi, maafin segala keadaanmu saat ini dan move on!

Mulainya dari mana? Mulai dari mencari pertemuan antara “Apa yang kamu suka” dan “Apa yang kamu bisa”.

Saran saya, baca soal Ikigai, sebuah “Konsep Hidup Bahagia” yang berasal dari Jepang. Kalian bisa baca disini.

Keluar dari QLC dimulai dari menemukan dirimu sendiri. Keluar dari QLC tidak bisa banyak dibantu oleh orang lain kalau kamunya sendiri tidak mau keluar.

Insecure Bersyukur

Kalau yang ini, jujur aja agak berat sih. Setiap orang punya level ketahanan yang berbeda-beda.

Apakah salah kalau kamu masih sering insecure? No! Kamu enggak salah dan itu normal, yang salah adalah ketika kamu tidak berusaha keluar dari zona itu.

Berusahalah sedikit demi sedikit ubah rasa itu jadi rasa syukur atas segala apa yang kamu miliki.

Dibandingkan insecure melihat teman terdekat sudah sukses dalam karir dan asmaranya, ikutlah senang karena keberhasilan mereka. Keberhasilan orang lain bukan kegagalan kita.

Tetaplah bersyukur atas apa yang kamu miliki saat ini entah itu; kesehatan, keluarga, orangtua, rasa aman, kebebasan dan lainnya.


Akhir Kata

Balik lagi ke bukunya Rando Kim tadi, diawal bukunya dia membandingkan antara usia manusia dengan waktu dalam sehari.

Ketika seseorang berusia 24 tahun (seperti saya saat menulis tulisan ini 😎), jam hidupnya baru menunjukan pukul 07.12 PAGI. Yap, masih pagi!

Tidak masalah kalau masih mau sedikit malas-malasan dan buka TikTok dulu selama beberapa menit. Tapi, tetap ingat untuk bangkit dari tempat tidur, bersiap diri dan keluar untuk menantang hari.

Anggap saja QLS seperti keinginan untuk rebahan sepanjang hari.

Kalau kita hanya rebahan saja, tidak ada yang akan terjadi pada kita, tapi dunia di luar sana masih akan terus berjalan.

Sama saja kalau kita tidak mau berusaha keluar dari masa QLS, tidak akan ada perubahan pada kita, sementara teman-teman dan dunia di luar sana masih akan terus berjalan.

Jadi, ayo lawan rasa untuk ingin rebahan terus, ayo keluar dari QLS. Pelan-pelan aja, masih pagi jugaan.

2 Comments

  1. Pingback: 25 - idearik.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *