VG Lore : Ardan
Untuk lebih mengerti lore Ardan, sangat disarankan membaca kisah mereka dari sudut pandang hero lain seperti Celeste & Vox, Catherine dan Kestrel.
Ardan Lore, Chapter 1 : Impossible Decision
“Aku tidak butuh ijinmu untuk membeli kambing.” Julia berkata. “Susu kambing lezat, dan kita bisa membuat keju.”
Mereka telah berdebat sepanjang malam. Ardan membungkuk melewati kekuatannya Gauntlet, mengaluskan tepiannya untuk meningkatkan aliran udara. Di luar pekarangan, seekor kambing bersuara dengan keras ditengah kegelapan. “Kambing itu bau dan menjerit seperti iblis.” Dia mengomel. “Dia tidak berhenti bersuara, bagaimana si kembar bisa tidur?”
“Anak-anak butuh binatang piaraan. Apa kau menaburkan serbuk besi dikursiku?”
“Lalu siapa yang akan membuat keju? Apa kau pernah membuat keju sebelumnya, Yang Mulia?”
“Aku bisa membuat keju!” Julia berteriak. Dia keluar dari ruangan dan membanting pintu kamar tidur dibelakangnya, suara tangisan kambing membuatnya semakin dramatis.
Celeste keluar dari dalam kamarnya, dia mengusap-usap matanya yang masih ngantuk. “Ayah? Apa ibu baik-baik saja?”
Dia memiliki logat seperti ibunya. Ardan mengangkatnya dan mecnium pipinya. “Ibu sedang bersikap ridiculous(konyol).”
“Apa itu ridick oo luss?”
“Artinya ibumu membawa kambing tanpa bertanya dulu pada ayah.”
“Aku suka kambing.” Vox muncul setelah adiknya. Dia duduk di kaki ayahnya, mengaitkan tangannya di kaki ayahnya dan ikut terangkat karena Ardan membawa Celeste kembali ke kamarnya, memandang keluar jendela ke suara jeritan.
“Kau suka dengan kambing. Tapi tidak ada satupun dari kita yang tahu cara memeliharanya.”
“Ada bayi yang menangis di luar.” Celeste berkata, setengah tertidur.
“Itu adalah suara kambing yang bodoh.” Kata Ardan, sambil membaringkan Celeste di tempat tidurnya.
Vox melepaskan tangannya dari kaki ayahnya. “Dia ketakutan.” Dia berkata. “Mungkin Kesepian”
“Dia betina Vox, setidaknya aku berharap begitu, atau keinginan ibumu untuk membuat keju …..”
Ardan terdiam, berpaling ke arah jendela.
Kambingnya telah berhenti menjerit.
Adrenalinnya terpacu.
“Sembunyi, kalian berdua. Jangan buka pintu.
“Tidak ada waktu lagi untuk memastikan mereka melakukannya atau tidak. Dia berlari ke kemarnya. “Julia, mereka disini.”
Julia membuka pintu. Wajahnya berubah jadi pucat. “Sekarang?”
“Diluar.”
Baju-baju besi terpisah diseluruh ruangan. “Kaki dulu.” Dia menggerutu. Julia dengan cepat mengenakannya dibawah baju tidurnya. Tidak cukup bagus, tapi diperlukan sebagai pengganti baju perang yang sebenarnya. Dia menjepitkan kaitan di lutunya, berusaha dengan beban pelindung besi di dadanya.
Tombol panel ditekan, lalu keluar suara: “System. Offline” Ardan memukul dengan kepalan tangan kirinya. “Sumber tenaga tidak berguna pada model ini …..”
“Shh.” Tangan Julia menjadi hitam karena oli, wajahnya kotor karena dia menyambungkan generator ke punggungnya dan mengubungkannya ke sumber tenaga Gauntlet. Dia melihat ke arah pintu, ruangan diluar. Tidak ada suara apapun. “Apa kau yakin mereka ….”
“System. Online.”
Kaca pecah. Ardan bepaling dan mengambil anak panah besi untuk menggores pelat besi didadanya, tepat dibawah dagunya. Bunyi orang masuk dijendela depan. Ardan menyumpah dan bergegas, lantai kayu menggerit. “Aku akan mengawasi pintu depan.”
“Tapi tangan meriammu!”
“Ini tidak berguna, kecuali kau ingin aku meledakkan seluruh isi rumah. Tetap dibelakangku.”
Julia menutup matanya, membalik telapak tangannya keatas. “Aku akan melindungimu.” Dia bergumam, suaranya sangat indah, cahaya hijau muncul ditangannya.
Dengan perasaan campur aduk Ardan berkata. “Aku bisa menjaga diriku sendiri.” Dia menggerutu.
Sebuah lengan muncul di jendela depan, dengan peralatan seorang pemanah, lalu samg pemanah masuk. Seorang wanita lain juga masuk dan mengeluarkan pedang. Lebih banyak lagi yang masuk, penyihir, pembunuh, semua mengenakan lencana yang sama.
“Stormguard!” Dia berteriak, tetapi Julia dalam keadaan tidak sadar, matanya berputar kebelakang.
Baju pelindung Ardan berbunyi dan mendengung tiap kali dia bergerak. Mereka berdua bergerak, dan masing-masing membawa senjata. Dia bergerak maju, dengungan energi diseluruh baju pelindungnya, memanaskan logam, pelat besi bergesekan didadanya. Ketika dia memukul melewati wajah pemanah, dia meninggalkan bekas terbakar. Pemanah itu terkejut, busurnya jatuh ke lantai.
Yang lainnya mengangkat tameng dari kayu, logam, dan sihir untuk menangkal serangan sihir Julia dan serangan Ardan. Dia melangkah kedepan dan menghempaskan mereka semua terlempar kedinding. Dia tidak bisa menahan seluruh serangan: Sebuah pedang menyayat tangan kirinya yang tidak terlindungi dan pipinya juga; sihir menyengatnya dan membekukannya dengan suara yang sangat keras. Tapi dia adalah dinding diantara musuh-musuh dan istrinya, kemudian merasa kehangatan darinya, kain yang menutupinya, menyembuhkan lukanya, melelehkan es dan memberikan dia kekuatan. Di dalam dirinya bergolak, keterampilan yang tidak wajar, tapi dia akan melakukan apapun untuk keselamatan keluarganya.
Lalu, sebuah blast(ledakan).
Semua terdiam(silenced) dan kedinginan. Bibirnya tertutup. Sebuah guncangan melewati kaki, tangan, dan tenggorokannya. Dia tidak dapat berteriak. Dia tidak bisa berkedip. Seluruh lukisan jatuh dari dinding dan baut-baut rontok dari pintu depan. Dia bisa mendengar suar dari baju pelindungnya dan rintihan dari Stormguard yang cedera, tapi dia tidak bisa bergerak. Dia hanya bisa melihat pintu depan terbuka dan sisa dari Stormguard yang masuk. Wanita itu memegang tameng dan pedang yang panjang; seekor gagak bertengger dipundaknya: Dia melihat-lihat rungan, lalu menjentikkan jari ke dua penjaga yang langsung berdiri bahkan Ardan masih bersusah payah untuk bergerak. Dia menunjuk ke kamar si kembar dan dau penjaga berlari kesana.
Wanita itu bergerak dari arah pintu; melewati Ardan seolah-olah dia tidak ada, menuju Julia, yang berdiri tanpa bergerak dengan baju tidur dan tanpa alas kaki.
“Catherine.” Julia menghelas napas.
“Sungguh memalukan,” bisik Catherine dengan menekan pedang ke dada Julia.
Jantung Ardan berdetak dengan cepat. Udara mengisi paru-parunya, dia tersedak. Di sisi kanannya dua Stormguard membawa si kembar yang juga tidak bergerak seperti dirinya. Stormguard yang lain bangkit, beberapa gemetaran, beberapa berdarah, semua mata terdiam dan memegang senjata mereka dengan kuat.
Di sisi kirinya, Julia memandang mata Catherine.
Jantungnya berdetak tiga kali lebih cepat.
Dengan jantung yang berdetak sangat kencang, anak-anaknya atau istrinya akan mati, tergantung ke arah mana dia berlari.
Dia berlari.
Sang Jendral memiringkan pedangnya, menembus dengan mudah diantara tulang rusuk Julia.Napas terakhirnya adalah nama Ardan, dan disaat akhir muncul pusaran hijau dari sihirnya. Itu mengenai Ardan, pemberian anugerah terakhir Julia(Julia’s Gift=Ardan Heroic Perk) menjadi bagian dari diri Ardan, membalut seluruh tubuhnya, memberikan ledakan kekuatan yang ia butuhkan. Ardan merebut si kembar dan melompat keluar jendela. Dua Stormguard yang memegang si kembar terbaring tidak sadarkan diri. Tidak ada waktu untuk membunuh mereka …. atau memeluk istrinya yang sudah mati.
Dia kabur menuju kegelapan, melewati kambing yang mati, yang terus menjerit dan didiamkan dengan panah yang tepat ke tenggorokannya. Si kembar masih diam, dengan insting keberuntungan, meninggalkan pertanyaan ke burung hantu di dalam hutan.
Ardan Lore, Chapter 2 : Vanguard Up!
Ardan memukulkan tangannya ke kontrol panel armor.
“Perintah?” suara komputer merespon.
“Aktifkan Vanguard!” dia berteriak.
Belum cukup, Ardan berpikir, kabur dari Stormguard tiap malam. Belum cukup untuk mengganti nama tiap hari dan bersembunyi lebih dari satu dekade. Belum cukup bagi kedua anaknya untuk melihat ibu mereka mati.
Apakah peraturannya begitu sulit? Jangan menarik perhatian. Jangan biarkan siapapun melihatmu memainkan hal-hal sihir. Jangan beri tahu dari mana asalmu. Jangan perlihatkan kesiapapun bagian garasi yang tertutup tirai dimana dia memodifikasi tenaga armor setelah berjam-jam, menambahkan generator dan pendingin cair dan penguat. Dia sudah tahu kalau peraturannya tidak akan cukup.
Dan sekarang, kedua anaknya sedang terjatuh.
Jangan menarik perhatian. Dan mereka justru menaruh pengumuman.
Bernapas dengan alat bantu pernapasan, Ardan berlari melewati timbunan sampah, suara-suara pertarungan yang dia harap takkan pernah dia dengar lagi – jeritan kesakitan, bentrokan senjata, ledakan – tapi lebih kencang dari itu, gema dari dentuman suara sonik di seluruh permukaan. Mereka mungkin mendengarnya di ujung lain dari Taizen Gate.
Celaka, Vox.
Semakin dekat dengan roda berarti menghindari cetusan api, bintang-bintang jatuh yang terbakar dan meledak bersamaan. Satu terbang melewati wajah Ardan, memberikan bekas terbakar di pipinya.
Celeste!
Ardan meraung, melewati prajurit Gythia, pria dan wanita yang menginginkan apa yang julia inginkan; Celeste di tahta Storm Queen.
Ardan menyipitkan matanya melihat bayangan cahaya bintang yang jatuh dengan cepat kearahnya.
“Vanguard dikonfirmasi,” kontrol panel merespon.
“Kumohon, sudah cukup” bisik Ardan, selagi barier hologram muncul.
Barier melengkung tetapi mampu menahan si kembar.
Warga Gythia merapat saat barier menghilang dan si kembar berdiri dengan aman di tanah.
“Kita harus mundur, yang mulia!” tangis penyihir perang Gythia, aliran listrik berwarna biru berkerak di lengannya. “Mundur!”
“Menjauhlah dari anakku,” bentak Ardan.
Celeste ditarik dari tangannya, gemetaran. “Kita tidak bisa sembunyi lagi, ayah,” dia berkata, dan lari.
Ardan mengumpat, tetapi Vox lari mengikuti kakakknya. Dekat di belakang, Stormguard berkumpul. Ardan mengikuti, dan bersama-sama mereka berlari dengan cepat kearah teluk, dikelilingi oleh sekutu Gythia yang tersisa.
Seekor gagak terbang berputar-putar di atas mereka, berkamuflase dengan gelapnya langit, mengawasi.
Ardan Lore, Chapter 3 : Escape the Fold Part I
“Escape the Fold Part I” termasuk dalam lore dari Vox, baca disini.
Ardan Lore, Chapter 4 : Escape the Fold Part II
“Escape the Fold Part II” termasuk dalam lore dari Vox, baca disini.
Original story by Super Evil Mega Corp & Original translated by Uul (Group Facebook Vainglory Indonesia)