VG Lore : Baron
Silahkan baca lore dari Skye terlebih dahulu untuk mengerti awal cerita ini.
Baron Lore, Chapter 1 : “Sierra Kilo Yankee Echo”
Baron membuka pintu yang menuju ke garasi pribadi hanggar. Warna biru yang bersinar di kulitnya menyinari baju baja Heavy Armor Rapid Deployment yang diletakkan di dalam sana. Baju baja itu sudah dipersiapkan untuk aliansi baru keluarganya, dengan helm dan sendi-sendi yang dipahat ke kepala harimau yang sedang mengaum, teknologi pengamplifikasi kekuatan dengan kendali sentuhan dan sepuhan kuat yang sengaja dibuat untuk bisa bertahan dari daya kinetik yang besar. Ibu jarinya menekan lockpad dan exoframe mulai terbuka diiringi dengungan pelan.
Dia tersadar bahwa dia masih memegangi sangkar perak itu. Dia menurunkannya dan membuka pintunya. Angsa itu mengoek geram seolah menceramahinya sebelum berlari kabur keluar dari hanggar.
__
Di Upacara Pemilihan, seorang pelayan berjalan dengan punggung membungkuk dalam, melewati barisan calon mempelai pria, lalu menyerahkan sebuah sangkar perak berukuran besar kepada Baron. Di dalam sangkar itu, seekor angsa tampak marah sambil mengepakkan sayapnya dan mendesis. Pengantin pria yang lain memegang angsa kayu yang menyimbolkan kecenderungan unggas itu untuk menghasilkan keturunan sepanjang hidupnya. Tetapi, ibu Baron bersikukuh bahwa putra tertuanya harus menghadiahi angsa hidup kepada calon mertuanya.
Tampaknya, sama sekali tidak ada yang merasa terganggu dengan kenyataan bahwa angsa itu telah diambil paksa dari pasangan sehidup sematinya hanya untuk kepentingan upacara ini.
Beberapa calon mempelai wanita memaksakan diri untuk tersenyum ramah, sorot mata sedih mereka tertuju ke seberang ruangan, ke arah pria yang mereka harap bisa mereka nikahi. Ekspresi Harimau Nari tidak bisa dibaca saat dia membungkuk di hadapan orang tua Baron, kedua tangannya penuh dengan kastanye dan kurma sebagai simbol anak-anak yang akan dia lahirkan untuk Baron di masa depan. Baron rasa dia tidak akan pernah tahu apakah sesungguhnya dia adalah pilihan pertama Nari atau bukan. Lagipula itu bukan hal yang penting.
“Kembang apinya muncul terlalu awal!” jerit ibu Baron penuh kecemasan sambil menunjuk ke jendela. Para tamu mulai berbisik-bisik saat mereka berebut untuk pergi ke luar ruangan. Ayah Baron berdecak, merangkul bahu anaknya lalu menuntunnya untuk bergabung dengan para tamu.
“Ibumu pasti akan membuat pyrotechnician itu dipenggal,” bisiknya.
“Tidak diragukan lagi,” kata Baron. “Para Ibu yang lain selalu memperhatikan setiap ada kesalahan.”
Saat tiba di depan pintu, mereka berdua dicegat oleh sang jenderal. “Tuan,” ujarnya sambil mendekatkan tubuhnya ke ayah Baron. “Itu bukan kembang api.”
Ketiga pria itu bergegas keluar bersama-sama, mengamati langit malam yang terang di atas tambang kristal.
“Siapa yang punya kepentingan untuk menyerang area tambang?” bisik ayah Baron.
“Tidak seorang pun di semenanjung,” jawab Jendral. “Tapi para Harimau…”
“Mereka ada di pihak kita sekarang.”
“Dan mereka tidak punya kekuatan api semacam ini.”
Langit mendadak dipenuhi oleh ledakan api berwarna biru dan asap menguar dari satu-satunya sumber kekuasaan di tempat itu, satu-satunya harta yang mereka miliki. “Tidak, mereka tidak punya,” kata Baron saat dia mulai mengerti apa yang sedang terjadi. “Tapi kita punya.”
Pandangan Sang Jendral bertemu dengan Baron lalu dia berputar, menyisir ruangan itu untuk mencari seseorang yang tidak bisa dia temukan.
Baron keluar dari rumahnya, berlari menuju asap yang mengulir di udara bersama serpihan kristal yang turun ke kulitnya dan membuatnya bersinar biru. Di belakangnya, para keluarga berkumpul, kepanikan mereka berubah menjadi bisikan-bisikan riuh. Baron mengikuti jejak anggrek-anggrek yang telah layu, sekrup-sekrup yang kendor dan cincin-cincin emas menuju lift Skye. Mantel biru yang Skye kenakan di Upacara Pemilihan tergeletak di sana.
Ada kalanya aku berharap tambang ini menghilang saja selamanya.
__
Baron melepaskan cincin-cincinnya serta mantelnya yang bersulam perak lalu mengenakan exosuit. Benda itu langsung menyelubungi tubuhnya, dan terakhir, helm menutupi kepalanya. HUD mulai berkedip saat skydoor berdesing terbuka. Jump jets mulai aktif dengan gemuruh dan getaran yang membuat giginya bergemeletukan. Dia membengkokkan lututnya dan exoframe ikut membengkok bersamanya, setiap gerakannya terasa begitu bertenaga. Dia melompat dan terjun melewati skydoor, terbang tinggi di atas hanggar, cukup tinggi untuk membuat teknologi infra merah di visor-nya mengenali para pekerja di kandang mereka, tambang yang terbakar, dan pada akhirnya, di garis pantai semenanjung, dia mendapati sebuah tanda panas. Di tempat itu, Baron tahu gadis itu akan menunggunya.
Seperti biasanya, ada saat- saat di mana dia berharap dia tidak perlu kembali turun.
“Sierra Kilo Yankee Echo,” ujarnya, “kau dengar aku?”
Baron Lore, Chapter 2 : Baron’s Choice
Baron meluncur di atas rumpun tanaman jeruk dan mendarat keras di atas jurang dengan permukaan bergerigi. Jurang itu menghadap pulau-pulau kecil yang mengelilingi kapal-kapal nelayan yang tertambat rapi. Bebatuan di sekitar tempatnya mendarat terbelah dan hancur akibat bobot exoframe-nya. Kerikil-kerikil dan bebatuan kecil pun terguling jatuh ke lautan lepas. Skye menunggunya di sana, di mech-nya yang baru direnovasi, senjata terarah tepat ke kepala harimau dengan mulut terbuka yang membingkai helm-nya.
Baron melepaskan pelindung peluncur granatnya. HUD di visor-nya ditargetkan ke arah wajah Skye dan alat itu mulai menampilkan identifikasi nama dan jabatan Skye, berikut dengan nomor exosuit-nya di bagian paling bawah layar.
“Kau mempermalukan aku,” bisik Skye, suaranya yang tercekat menggema dari radio Baron menuju helm-nya.
“Semua wanita bisa menjadi seorang istri.” Nada bicara Baron terdengar lebih geram dari yang dia maksud. “Kukira kau ingin menjadi pilot.”
“Kukira kau ingin mengakhiri perang.” Skye melirik bayangannya sendiri di visor Baron. Dia memasukkan kembali sikunya ke dalam klep penutup, lalu airjets-nya kembali aktif dan membawanya terbang ke udara.
“Kau punya tiga detik untuk keluar dari kendaraan itu dengan tangan terangkat,” gerutu Baron. “Tiga.”
“Kau selalu bilang kalau kau takut tak akan pernah bisa meninggalkan semenanjung.” Dia menentukan target lalu menyetel roketnya ke posisi yang dia inginkan.
“Dua.”
“Kau pernah bilang padaku bahwa perang telah membuat rakyat kita tidak peduli pada apa yang terjadi di dunia luar. Kupikir kau ingin mengubah hal itu. Kupikir kau ingin mengubah hal itu bersamaku.”
“Satu.”
Sebuah tembakan keluar dari peluncur Baron dan malam yang gelap mendadak dipenuhi cahaya yang membutakan. Dari dalam helm-nya, suara ledakan itu terdengar seperti suara auman yang begitu dalam. Tempat di mana Skye berdiri tadi kini berubah menjadi sebuah lubang hitam yang gelap.
Saat asap akibat ledakan mulai menghilang, Baron melangkah dengar berat ke tepi jurang yang bergerigi dan melepas visor-nya. Dia membuka genggaman tangannya yang dilapisi baju besi lalu menatap keramik yang ada di sana, keramik yang bertuliskan nama gadis itu. “Aku menginginkanmu,” ujarnya pada udara kosong. Dia tidak sanggup menatap ke bawah. Sebagai gantinya, dia membalik pergelangan tangannya untuk menjatuhkan keramik itu ke bawah jurang.
“Kalau begitu seharusnya kau memilihku.”
Dengan suara berdesing yang tiba-tiba, mech milik Skye meluncur dari belakangnya dan melayang di udara hanya beberapa inci dari ujung jurang. Sambil menyeimbangkan diri dengan satu kaki dan berpegangan dengan satu tangan, tangan Skye menggapai dan dengan cepat menangkap keramik yang hampir terjatuh. Sesudah itu, dia meluncur lagi dan mendarat di sisi Baron sebelum HUD pria itu sempat menangkap gerakannya. Baron berbalik, gerakannya berat dan lambat jika dibandingkan dengan exosuit Skye yang ramping dan terbuka di bagian depannya. Dia mengenakan visor-nya di saat yang tempat untuk melindunginya dari sebuah peluru yang baru saja ditembakkan ke arahnya. Retakan mulai muncul di nama Skye yang tampil di HUD Baron saat gadis itu mulai melepaskan tembakan demi tembakan yang mengenai baju bajanya. Satu peluru berhasil mengenai panel pengendali exosuit-nya dan membuat alarmnya menyala. HUD-nya erkedip-kedip saat Skye berputar ke belakang Baron dan menembak salah satu paket energinya. Baterai kristal mulai meleleh dan cairan biru mengalir ke bagian kaki baju besinya.
“Apa yang kau lakukan pada exosuit itu?” tanya Baron.
Suara tawa Skye yang nyaring bergema di helm Baron. Jump jets-nya aktif di waktu yang tempat untuk menghindar dari sebuah serangan roket artileri. Misil-misil yang barusan ditembakkan meledak setelah menghantam satu sama lain di bawahnya. Melewati asap yang tebal, dia menangkis mortar-mortar yang menuju ke arahnya satu demi satu tapi akibatnya dia kehilangan terlalu banyak energi untuk mengendalikan lompatannya. Dia terjatuh, berguling ke sisinya dan memukul cincin leher di baju besinya hingga helmnya terbuka. Sekitar 100 yard dari tempat Baron mendarat, mech Skye tersandung dan meluncurkan tembakan tak beraturan ke arah asap di depannya. Stabilisatornya benar-benar terpanggang.
Baron mengabaikan tombol darurat dan mengaktifkan meriam ion, mengarahkannya ke tempat mech Skye kehilangan keseimbangan. Dari helm-nya, di mana HUD berkedip dengan koordinat target penembakan, dia mendengar suara gadis itu dari radio. “Baron,” Skye terengah-engah. “Aku akan memperbaikinya. Aku akan mencari sumur-sumur energi. Biarkan aku pergi dan aku akan menemukan teknologinya. Aku akan memperbaikinya…”
Baron menubruk dan membanting tubuh gadis itu dan keduanya terlempar ke pinggir jurang. Jets-nya dalam kecepatan penuh, meriam ion mengarahkan sinarnya yang memiliki kekuatan penghancur tinggi ke lokasi target, meledakkan segalanya di antara jurang-jurang dan perkebunan jeruk.
Sambil berpegangan erat pada satu sama lain, wajah mereka berdua yang dipenuhi serpihan kristal tampak legam akibat asap. Mechkeduanya bocor dan hancur. Mereka terbatuk-batuk lalu tertawa.
“Kita akan menemukan sumur itu bersama-sama,” ujar Baron, menyaksikan permukaan tanah semakin mendekat. “Tapi mech kita sudah hancur berkeping-keping.”
“Aku akan memperbaikinya juga,” kata Skye sambil meletakkan keramiknya kembali ke tangan Baron.
Original story by Super Evil Mega Corp & Original translate by Ari Kurniawan